Hubungan Sarana Sanitasi Dasar dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 6-59 Bulan di Kota Palu Sulawesi Tengah
Relationship between Basic Sanitation Facilities and Stunting Incidence in Toddlers Aged 6-59 Months in Palu City, Central Sulawesi
Abstract
Latar Belakang: Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO- 2010.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara sarana sanitasi dasar dengan kejadian stunting pada balita usia 6-59 bulan di Kota Palu Tahun 2022.
Metode: Penelitian menggunakan desain kasus kontrol dengan populasi adalah seluruh anak usia 6 sampai 59 bulan di 2 (dua) Puskesmas Kota Palu. Kasus 100 balita stunting diambil dari 2 Puskesmas, kontrol adalah 100 balita status normal yang berada satu lokasi posyandu dengan kasus. Pengumpulan data dengan wawancara, pengukuran dan observasi. Analisis data univariat, bivariat (uji kai kuadrat), dan multivariat (uji regresi logistik ganda).
Hasil: Dari analisis bivariat menemukan delapan variabel yang berhubungn dengan kejadian stunting. Hasil analisis multivatiat didapatkan dua variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting yaitu akses ke jamban sehat OR=5,99 (95% CI: 2,98-9,23), akses ke sumber air bersih OR=5,99 (95% CI: 3,31-10,83), setelah dikontrol dengan variabel riwayat penyakit infeksi, riwayat pemberian MPASI dan riwayat pemantauan pertumbuhan. Akses ke jamban sehat dan akses ke sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko stunting.
Kesimpulan: Terdapat dua faktor lingkungan yang secara bersama-sama berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia enam sampai 59 bulan, yaitu akses ke jamban sehat dan akses ke sarana air bersih.
References
2. Kemiskinan TNPP. 100 kabupaten/kota prioritas untuk intervensi anak kerdil (stunting). Jakarta Tim Nas Percepatan Penanggulangan Kemiskin. 2017;
3. Kemenkes RI. Buku saku pemantauan status gizi tahun 2017. Jakarta Kemenkes RI. 2018;
4. Torlesse H, Cronin AA, Sebayang SK, Nandy R. Determinants of stunting in Indonesian children: evidence from a cross-sectional survey indicate a prominent role for the water, sanitation and hygiene sector in stunting reduction. BMC Public Health. 2016;16(1):1–11.
5. Prendergast AJ, Humphrey JH. The stunting syndrome in developing countries. Paediatr Int Child Health. 2014;34(4):250–65.
6. RI K. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Pedoman Umum Gizi Seimbang Jakarta Direktorat Jenderal Bina Kesehat Masy. 2016;
7. Basuki B. Aplikasi metode kasus kontrol. Fak Kedokt Univ Indones Jakarta. 2000;
8. Fink G, Günther I, Hill K. The effect of water and sanitation on child health: evidence from the demographic and health surveys 1986–2007. Int J Epidemiol. 2011;40(5):1196–204.
9. Hafid F, Djabu U. Efek Program SBABS Terhadap Pencegahan Stunting Anak Baduta di Kabupaten Banggai dan Sigi. Indones J Hum Nutr. 2017;4(2):79–87.
10. Lin A, Arnold BF, Afreen S, Goto R, Huda TMN, Haque R, et al. Household environmental conditions are associated with enteropathy and impaired growth in rural Bangladesh. Am J Trop Med Hyg. 2013;89(1):130–7.
11. Rah JH, Cronin AA, Badgaiyan B, Aguayo V, Coates S, Ahmed S. Household sanitation and personal hygiene practices are associated with child stunting in rural India: A cross-sectional analysis of surveys. BMJ Open. 2015;5(2).
12. Azmii F, Arini FA. Karakteristik Ibu, Riwayat Asi Eksklusif Dan Riwayat Penyakit Infeksi Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 12-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukmajaya. Med Respati J Ilm Kesehat. 2018;13(4):17–23.
13. Antika R, Budiastutik I. Sosial Ekonomi, Berat Lahir Dan Penyakit Infeksi Dengan Kejadian Stunting Pada Balita di Desa Semanga Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas. J Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa. 2018;1(1):35–46.
Authors who publish with Journal of Public Health and Pharmacy retain the copyright of their work. The journal applies a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License (CC BY-SA 4.0), which grants the following rights:
-
Copyright Retention: Authors retain the copyright of their work, maintaining full control over their intellectual property without restrictions.
-
Right of First Publication: Authors grant the journal the right of first publication of their work. This ensures that the work is initially published and credited in Journal of Public Health and Pharmacy.
-
License to Share and Reuse: The work is licensed under CC BY-SA 4.0, allowing others to copy, distribute, remix, and build upon the work for any purpose, even commercially, as long as proper credit is given to the authors, and any new creations are licensed under the same terms.