Faktor Risiko Infeksi Menular Seksual : Literature Review
Abstract
Latar belakang: Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual baik melalui vagina, mulut, maupun anus yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau protozoa. WHO memperkirakan pada tahun 2020 setidaknya terdapat 374 juta infeksi baru infeksi menular seksual diantaranya yaitu infeksi bakteri Chlamydia trachomatis (129 juta), Neisseria gonorrhoeae (82 juta), sifilis (7,1 juta), dan Trichomonas vaginalis (156 juta). Infeksi menular seksual memiliki dampak besar di luar dampak langsung dari infeksi itu sendiri seperti dapat menyebabkan penyakit radang panggul, infertilitas, kanker, meningkatkan risiko penularan HIV serta komplikasi pada kehamilan. Penularan IMS dari ibu ke anak dapat mengakibatkan lahir mati, kematian neonatus, berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur, sepsis, konjungtivitis neonatus, dan kelainan bentuk bawaan.
Tujuan: Untuk mengetahui faktor risiko terjadinya infeksi menular seksual.
Metode: Metode menggunakan pendekatan literature review dari database Google Scholar dan Scopus.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia muda lebih berisiko mengalami Infeksi Menular Seksual. Perilaku seksual berisiko dapat meningkatkan meningkatkan insiden IMS/HIV untuk wanita etnis minoritas meliputi karakteristik pasangan, faktor lingkungan, negosiasi kondom dan penggunaan kontrasepsi dan alkohol serta penggunaan zat terlarang. Pengetahuan rendah meningkatkan risiko terjadinya IMS. Status ekonomi rendah menyebabkan kurangnya akses ke makanan yang cukup untuk hidup aktif dan sehat yang dapat menghasilkan kesehatan seksual yang buruk.
Kesimpulan: Faktor risiko infeksi menular seksual yaitu usia, perilaku seksual berisiko, pengetahuan dan status ekonomi.
References
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Buku Suplemen Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi Infeksi Menular Seksual dan HIV/AIDS. Jakarta: BKKBN; 2012.
World Health Organization. Sexually transmitted infections (STIs). World Health Organization; 2022.
Kementerian Kesehatan RI. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta; 2018.
Rahayu, A. (2017). ’Kesehatan reproduksi remaja dan lansia’. Surabaya: Airlangga University Press, hal, 31-35.
Kemenkes, R. I. (2016). Pedoman nasional penanganan infeksi menular seksual. Jakarta: Kemenkes RI.
Ahyani, L. N., & Astuti, D. (2018). Buku Ajar Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Kudus: Universitas Muria Kudus.
Centers for Disease Control and Prevention. HIV among youth. 2022 [cited 20 September 2022]. Available from: http:// www.cdc.gov/hiv/group/age/youth/index.html
Sawyer, S. M., Afifi, R. A., Bearinger, L. H., Blakemore, S. J., Dick, B., Ezeh, A. C., & Patton, G. C. (2012). Adolescence: a foundation for future health. The lancet, 379(9826), 1630-1640.
Lengen, C., Jäger, S., & Kistemann, T. The knowledge, education and behaviour of young people with regard to Chlamydia trachomatis in Aarhus, Denmark and Bonn, Germany: do prevention concepts matter? Social Science & Medicine; 2010.
Kora, F. T., Dasuki, D., & Ismail, D. (2016). Pengetahuan tentang Infeksi Menular Seksual dengan Perilaku Seksual Tidak Aman pada Remaja Putri Maluku Tenggara Barat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 3(1), 50-59.
Adilah, Y., Mutahar, R., & Sari, I. P. (2017). Determinan Penggunaan Kondom pada Hubungan Seksual Pertama Kali oleh Remaja Belum Menikah di Indonesia (Analisis Data SDKI KRR 2012). Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(2).
Azinar, M. (2021). Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS pada Wanita Pekerja Seks (WPS) Usia Remaja. HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development), 5(1), 63-71.
Pangaribuan, S. M., & Mardiah, W. (2017). Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita Pekerja Seks Komersial Tentang Infeksi Menular Seksual. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 3(2), 175-181.
Champion, J. D., Harlin, B., & Collins, J. L. Sexual risk behavior and STI health literacy among ethnic minority adolescent women. Applied nursing research; 2013.
Kholid A. (2015). Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Perilaku, Media, dan Aplikasinya (1st ed). Jakarta: Rajawali Pres, p. 23-4.
Muzaky, M. S. A., & Arifah, I. (2021). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR): Sebuah Kajian Literatur. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia: JKKI, 10(4), 171-181.
Zlotorzynska, M., & Sanchez, T. Food insecurity as a social determinant of sexual health and substance use independent of poverty status among men who have sex with men in the United States. Annals of Epidemiology; 2022.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Penerbit Arcan.
Thobias, dkk. (2020). Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi, Perilaku Pencegahan & Dukungan Sosial Terhadap Infeksi Menular Seksual (Ims) Pada Komunitas Wanita Pria (Waria) Di Kota Kupang. Jurnal Pangan Gizi dan Kesehatan.
Mujugira, A., Kasiita, V., Bagaya, M., Nakyanzi, A., Bambia, F., Nampewo, O., ... & Haberer, J. E. (2021). “You are not a manâ€: a multiâ€method study of trans stigma and risk of HIV and sexually transmitted infections among trans men in Uganda. Journal of the International AIDS Society, 24(12), e25860.
Authors who publish with Journal of Public Health and Pharmacy retain the copyright of their work. The journal applies a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License (CC BY-SA 4.0), which grants the following rights:
-
Copyright Retention: Authors retain the copyright of their work, maintaining full control over their intellectual property without restrictions.
-
Right of First Publication: Authors grant the journal the right of first publication of their work. This ensures that the work is initially published and credited in Journal of Public Health and Pharmacy.
-
License to Share and Reuse: The work is licensed under CC BY-SA 4.0, allowing others to copy, distribute, remix, and build upon the work for any purpose, even commercially, as long as proper credit is given to the authors, and any new creations are licensed under the same terms.