HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI PENGUNGSIAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMONJI

  • Ulfa Ulfa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu
  • Budiman Budiman Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu
  • Mohamad Andri Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu

Abstract

Penyakit ISPA yaitu penyakit yang menyerang di saluran pernafasan bagian atas yang disebabkan oleh virus, kuman dan bakteri yang menyerang di bagian hidung, tenggorokan serta paru-paru. Kasus ISPA masih menjadi paling teratas dari sepuluh penyakit yang lainya pasca bencana, bisa dilihat dari laporan Dinas Kesehatan  Kota Palu. Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui hubungan ISPA dengan ukuran tenda,ukuran ventilasi, suhu, pencahayaan, kepadatan hunian, kelembapan serta jumlah KK (kepala keluarga) dalam tenda. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini observasional bersifat analitik dengan menggunakan metode cross sectional dengan mencari hubungan antara variabel independen dan dependen kemudian kedua variabel diamati dalam waktu bersamaan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara pendekatan secara multi stage sampling, pertama menggunakan propotional sampling untuk mengambil sampel dengan memperhatikan pertimbangan unsur-unsur atau kategori di dalam populasi kemudian mengunakan sampel random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak.Berdasarkan hasil uji chi-square yang dilakukan menunjukan bahwa ISPA dengan ventilasi diperoleh p value =0,790 yang artinya tidak ada hubungan dengan ISPA dengan ventilasi, menunjukan bahwa ISPA dengan suhu diperoleh dengan p value = 0,656 yang artinya tidak ada hubungan ISPA dengan suhu, kemudian variabel pencahayaan p value= 0,634 yang artinya tidak ada hubungan dengan ISPA, kelembapan p value= 0,352 yang artinya tidak ada hubungan ISPA dan kepadatan hunian p value = 0,438 yang artinya tidak ada hubungan dengan ISPA.Ditunjukan bagi pihak puksesmas kamonji agar dapat mengontrol di setiap pengungsian yang terkena ISPA untuk tetap menjaga kebersihan serta melakukan (phbs) perilaku hidup bersih dan sehat agar tidak menularkan ke orang lain untuk mengurangi penderita.

 

Kata Kunci : Ventilasi, suhu, kepadatan hunian, pencahayaan, kelembapan

References

Darmiah. 2015. Dampak Pencemaran Lingkungan di Yogyakarta. Yogyakarta.

Depkes RI. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Jakarta

Dinkes Sulteng 2018. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Palu

Dessy.(2018). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan Dan Pemberantasannya.Jakarta: Erlangga Medical Series.

Depkes RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Saluran Pernafasan Akut. Jakarta:Departemen Kesehatan RI

Hari (2017). Kajian Pencahayaan Alami pada Bangunan Villa Isola Bandung. Jurnal Reka Karsa Teknik Arsitektur Itenas No. 1 - 11 Vol. 2

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1077/MENKES/PER/2012 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

Yasnani, 2017. Hubungan Sanitasi Fisik Rumah Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. FKM UMS

.

Suryanto, 2003. Hubungan Sanitasi Rumah dan Faktor Intern Anak Balita dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita. Skripsi. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Oktaviani, 2009. Pengaruh Kualitas Lingkungan dalam Ruang terhadap ISPA Pnemonia. Bandung: Buletin Penelitian Kesehatan.

.

Krieger, J. dan Higgins, D. L., 2002. Housing and Health: Time Again for Public Health Action

Dinata, A., 2007. Aspek Teknis dalam Penyehatan Rumah. Diakses : 09 Desember 2008. http://miqrasehat.blogspot.com/2007/07/aspek-teknis-dalam-penyeh atan-rumah.htm

Published
2019-09-15
Section
Fakultas Kesehatan Masyarakat

Most read articles by the same author(s)

1 2 3 > >>