Upaya Penurunan Angka Infeksi TBC Melalui Pemberian Edukasi dan Pendampingan Kader Kesehatan dan Pengawas Menelan Obat (PMO)
Efforts to reduce TB infection rates through providing education and assistance to health cadres and drug swallowing supervisors
Abstract
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang organ paru serta organ tubuh lainnya. Penyebaran bakteri ini terjadi secara aerogen atau melalui udara dalam bentuk droplet (percikan sputum/dahak). Pasien akan mendapatkan jangka waktu pengobatan kurang lebih 6 sampai 9 bulan. Akibat dari pengobatan dalam waktu yang lama ini banyak dilaporkan bahwa pasien TBC tidak teratur minum obat, putus minum obat, pasien yang sudah menerima obat tetapi malas untuk menyelesaikan pengobatan sampai 6 bulan, sudah merasa sehat akhirnya drop out pengobatan dan keluarga kurang memberikan dukungan dalam menyelesaikan pengobatan. Prinsip pengobatan TB adalah dengan memberikan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). OAT diberikan dengan dosis yang tepat dan teratur serta diawasi oleh PMO (Pengawas Menelan Obat) sampai tuntas. Berdasarkan data dari WHO tahun 2021 Indonesia menjadi negara dengan prevalensi tuberkulosis ke-2 tertinggi di dunia setelah India. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pohuwato tahun 2023, jumlah kasus tuberkulosis pada tahun 2020 ada 290 kasus, pada tahun 2021 sebanyak 234 kasus, dan pada tahun 2022 terjadi kenaikan dimana jumlah kasus di angka 374 kasus. Metode pengabdian ini berupa pelatihan dan pendampingan yang berikan kepada kader kesehatan dan Pengawas Minum Obat (PMO) yang ada di Desa Buntulia Jaya. Kegiatan dilakukan dalam beberapa tahap yakni persiapan, pelaksanaan dan keberlanjutan program.
References
Ardhiana I. (2021). Hubungan Peran Kader Tuberkulosis Sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan Kepatuhan Pengobatan Pencegahan Isoniazid (PP INH) Pada Anak. Artikel Jurnal. Jember: Universitas Muhammadiyah Jember
Ariyani Y, Alkhusari, Azizah, S. (2023). Edukasi Pencegahan Tuberculosis Paru dan Pendamping Minum Obat Keluarga. Journal of Cross Knowledge. Volume 2 Number 1(2023) Page: 237-243.
Dinkes Kabupaten Pohuwato. (2023). Data Dan Informasi Kasus Tuberkulosis Tahun 2023. Pohuwato.
Dwi S. Srijeki dkk. (2021). Peningkatan kapasitas kader dalam pendampingan penderita tuberkulosis paru di desa linggasari kecamatan kembaran kabupaten banyumas. Jurnal Pengabdian Nusantara.
Farah I. dkk. (2020). Hubungan Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Keberhasilan Pengobatan Pasien Tuberkulosis Paru Di Kota Kupang. Cendana Medical Journal, Edisi 20.
Gorontalo DP. (2023). Data Penderita Tuberkulosis Paru Tahun 2023. Gorontalo.
Hamzah P. (2020). Potensi Ekstrak Curcuma Xanthorrhiza Sebagai Terapi Pendamping Tuberkulosis. Temu Ilmiah Nasional
Karwiti W, Lestari WS, . N, Rezekiyah S. (2021). Perbedaan Profil Hematologi Pada PenderitaTuberkulosis Paru Yang Menjalani Pengobatan. Jambura J Heal Sci Res. 2021;3(1):126–32
Kemenkes. (2022). Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022. In Jakarta.
Kemenkes. (2021). Laporan Program Penanggulangan Tuberkulosis Padang Pariaman. 2021. 157 p.
Kemenkes. (2018). Laporan Nasional RISKESDAS tahun 2018. Jakarta : Direktorat Jendral.
Kemenkes. (2014). Pedoman nasional pengendalian tuberculosis. Jakarta: Direktorat Jenderal PP dan PL.
Permenkes. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 “Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Suprayogi, A. (2021). Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien TB. Jurnal Ilmu Kebidanan 6(2):405-11.